Akhir-akhir ini banyak teman se-kosan saya yang mengalami sakit. Entah karena cuaca yang tidak menentu atau karena daya tahan tubuh yang lemah. Bahkan beberapa waktu yang lalu, salah satu teman saya terbaring di kamarnya sampai hampir satu minggu dan terpaksa tidak bisa masuk kuliah selama beberapa hari. Bersyukurnya saya karena tidak mengalami hal yang sama dengan teman-teman saya tersebut, meskipun saya juga turut prihatin dengan keadaan mereka.
Selama hampir tiga tahun berkuliah dan menjadi anak kos, saya belum pernah merasakan sakit yang parah. Paling lama saya berbaring satu hari di kamar, selebihnya cuma batuk dan pilek biasa. Padahal hampir semua teman sekosan saya pernah mengalami sakit dan terbaring lebih dari satu hari. Biasanya ketika mulai merasakan sakit, saya berbaring saja selama satu hari, dan besoknya penyakit itu sudah hilang.
Padahal, dulu (atau mungkin masih sampai sekarang) saya termasuk orang yang 'ringkih' (lemah dan mudah sakit). Hampir tiap bulan, ibu saya membawa saya ke dokter atau puskesmas dengan berbagai kombinasi dan permutasi penyakit yang berbeda-beda. Sampai-sampai tiap dokter yang saya datangi sudah hafal dan kenal dengan saya.
Ketika seorang dokter mulai mengenal Anda, itu bukanlah pertanda yang baik. Kadang itu berarti Anda sudah terlalu sering bersilaturahmi dengannya. Bukan berarti saling mengenal atau berilaturahmi itu tidak baik, tapi dalam hal ini kita sudah terlalu sering berobat, menandakan kalau pola hidup kitalah yang tidak sehat. Sakit adalah hal yang wajar dan manusiawi, tapi jika itu terjadi berulang kali berarti Anda harus mulai menanggapinya sebagai hal yang serius.
Sebelum saya mulai nge-kos dan berkuliah, saya terbiasa dengan pola hidup yang tidak sehat. Misalnya, begadang sampai pagi, tidak pernah berolahraga, jarang makan sayur dan buah, jajan sembarangan, atau bahkan yang paling parah adalah minum 'minuman tidak lunak'. Saya tidak pernah peduli meski saya juga punya riwayat penyakit yang cukup parah pada saluran pernapasan saya. Saya malah sering keluar malam dan nongkrong dengan teman-teman saya beserta botol dan asap rokoknya. Saya sendiri bukan perokok, tapi saya sering menghirup asap rokok karena semua teman saya merokok dan saya adalah satu-satunya perokok pasif. Ini bukan salah mereka, ini salah saya sendiri berada di antara para penghisap racun ini.
Saya sudah terbiasa dengan sesak napas, bahkan setiap udara yang saya hirup sampai sekarang ini pun tidak sebanyak udara yang dihirup orang lain yang normal. Oleh karena itu, saya mudah sekali merasa lelah tetapi tetap saja itu tak membuat saya berkeinginan untuk mengubah pola hidup saya. Saya terlalu menikmati kehidupan saya yang tidak sehat ini.
Namun, saya menjadi sadar ketika penyakit saya ini bertambah parah. Sering sekali setelah keluar malam dan menghirup banyak racun, bukan hanya sesak yang saya rasakan, lebih parah saya merasakan perih yang luar biasa ketika menghirup cukup dalam -- untuk bernapas normal, saya memang harus menghirup cukup dalam karena sesak napas saya. Namun, dengan keadaan perih seperti itu saya tak lagi bisa melakukannya, saya harus meghirup sedikit demi sedikit dengan intensitas yang tinggi agar tidak merasa perih. Sungguh sangat menyiksa, sampai akhirnya rasa perih itu mulai hilang.
Mungkin sampai sekarang pun banyak kebiasaan saya yang tidak bisa saya hilangkan. Namun, yang pasti saya sudah mulai menguranginya secara perlahan. Sekarang saya sudah pada tahap: Begadang sampai tengah malam, sedikit berolahraga, makan sayur dan buah, agak jajan sembarangan, berhenti 'minum', dan sedikit menjauh dari kerumunan asap. Hasilnya cukup lumayan, meski saya tahu itu masih jauh dari hidup sehat.
Saya memang mulai menyadari kelemahan saya sejak saya jauh dari orang tua, karena memang dulu saya selalu menggantungkan semuanya pada orang tua. Saat sakit orang tua saya selalu berada di samping saya, kini saya harus bisa menjaga diri saya sendiri. Itulah alasan saya untuk bisa berubah, saya tak mau orang tua saya khawatir dengan keadaan saya disini.
Ternyata dari pengalaman saya tadi terbukti bahwa sedikit perubahan saja bisa membawa dampak yang sangat besar. Dari saya yang sangat mudah sakit menjadi saya yang agak sehat. Jika perubahan kecil saja bisa berdampak sebesar itu, bagaimana dengan perubahan yang lebih besar, bukan tidak mungkin penyakit apapun bisa disembuhkan. Semoga kisah ini membawa perubahan pada kita semua, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Saya sendiri tahu, saya masih merasa kurang dan akan terus berusaha meningkatkan pola hidup agak sehat saya menjadi pola hidup sehat.
Kontes Aku Ingin Sehat dari kakaakin
Kita adalah dokter untuk diri kita sendiri. Karena kitalah yg lebih mengenal, bukan sahabat kita yg kebetulan dokter. Artikel ini diikutkan di kontesnya Kakakakin ya? Semoga sukses;
BalasHapus@masbro: emang saya pernah nyebutin ada sahabat saya yg dokter? btw thx dukungannya,,:D
BalasHapusTerima kasih atas partisipasi Sahabat pada Kontes Aku Ingin Sehat. Sudah dicatat dalam daftar peserta :)
BalasHapussemoga kita semua senantiasa sehat ya Sob
BalasHapussalam sukses..
sedj
sehat itu murah,..
BalasHapussakit itu mahal...
@kakaakin: thx,,
BalasHapus@sedj: aminn..
@faruq: dilihat dari sudut pandang mana dulu bro? :D
udah dicek ya, terima kasih sudah ikutan
BalasHapus@monda: thx
BalasHapussampun kulo add follow kang.. matursuwuunn... ^^
BalasHapusnice blog !!
bimastyajisurya.blogspot.com
kamarblogger.blogspot.com