Sebenarnya beberapa minggu ini saya pengen vakum dulu karena sedang dalam masa ujian akhir semester. Namun, apa daya tangan saya malah bermain sendiri di dasbor blog saya. Terkadang memang ide menulis muncul begitu saja di saat sebenarnya tidak ingin menulis. Begitu sebaliknya, terkadang di saat hasrat untuk menulis menggebu-gebu malah tidak ada ide yang tersisa di labirin saya. (halah,,, cukup sudah basa-basinya..)
Kali ini saya akan bercerita mengenai keunikan-keunikan ujian di kampus saya. Saya akan coba menceritakan dari persiapan ujian hingga pengumuman hasilnya.
Sensasi Pertama: DO
Berbeda dengan kampus lain, kampus saya berteman akrab dengan kata yang satu itu. Untuk bisa lanjut ke semester berikutnya ada batas minimal IP atau IPK yang harus dicapai, kalau tidak, ya DO. Kata ini menjadi ancaman yang menarik bagi para dosen, sekre, beserta antek-anteknya. Sedikit-sedikit DO, nilai jelek DO, absen kurang DO, melanggar peraturan DO, nyontek DO, nginjek rumput DO, protes DO, pipis tidak disentor DO...
Kata ini menjadi semakin populer di kala ujian, karena itu adalah pertaruhan kami kalau gagal dalam ujian. Oleh karena itu, baru disini juga saya merasakan yang namanya belajar di saat ujian, karena biasanya pada saat ujian di SD-SMA saya memang paling malas melakukan kegiatan itu. Selain karena membosankan, saya memang tidak terlalu peduli dengan nilai saya, saya cuma pengen mengerti suatu pelajaran kalau memang itu menarik (sayangnya tidak banyak pelajaran yang menurut saya menarik).
Ketika menghadapi ujian, saya terpaksa belajar sampai malam, bahkan dini hari sehari sebelum ujian. Saya tidak sendirian, karena teman-teman sekosan saya pun hidup sepanjang malam hanya untuk belajar dan sesekali (atau mungkin beberapa kali) refreshing. Meskipun kelihatannya membosankan, tapi sebenarnya menyenangkan juga. Ya, inilah sensasinya.
Sensasi Kedua: Kisi-kisi
Namun, sepertinya hal di atas tidak bertahan lama. Setelah beberapa lama menjalani kehidupan dan berpengalaman dalam ujian ternyata tidaklah seburuk yang diimpikan. Ternyata memang Banyak Jalan Menuju Fak-Fak, maksud saya Roma.
Sebelum ujian, biasanya akan banyak sekali kisi-kisi yang berhamburan. Oleh karena itu, biasanya kamar saya selalu berantakan oleh kertas-kertas yang saya tidak ingat bagaimana bisa ada di kamar saya. Karena di STAN terdiri dari banyak kelas yang tentu juga banyak dosen pula, maka dari itu diperlukanlah kekompakan tiap2 kelas untuk membagi materi dan kisi2.
Perburuan kisi-kisi itulah yang menurut saya menarik - begitu pula menurut tukang fotokopi. Selain itu kita mesti rajin-rajin membuka inet karena biasanya kisi2 tersebar melalui situs jejaring politik semacam fesbuk. Jadi, jangan berpikiran untuk belajar sendiri dengan cara semedi di kamar dan tak mau diganggu. Meskipun sebenarnya tidak sepenuhnya kisi-kisi itu ampuh, kadang ada juga yang menyesatkan. Inilah sensasi kedua dan hikmahnya adalah mempunyai banyak teman dan jadi kenal yang namanya fesbuk.
Sensasi ketiga: Pengawas Ujian
Mencontek memanglah hal yang biasa dan sangat diperlukan di saat2 genting. Namun, jangan coba2 hal itu di STAN karena hal itu bisa mendekatkan kita pada sensasi pertama. Meskipun bukan berarti hal itu tidak ada, sebenarnya hal itu tetap saja ada karena saya pun pernah me...
Namun, jangan remehkan pengawas ujian. Beberapa waktu yang lalu, sempat pihak sekre meminta bantuan tentara hanya untuk mengawasi ujian kami. Bahkan, sempat juga terdengar isu ada pengawas yang mencoba menjebak mahasiswanya untuk mencontek untuk dapat dilaporkan (yang katanya sih dapet imbalan jajan gorengan). Terlepas dari benar atau tidaknya memang lebih baik bisa mengerjakan daripada mencontek.
Sebenarnya masih banyak cerita unik tentang pengawas ujian, seperti pengawas yang telat dengan wajah tanpa dosa, ketiduran, main game, nonton video sampai ketawa sendiri, bertingkah aneh, sampai pengawas yang benar-benar tidak mau diajak kompromi. Misalnya, cerita teman saya yang baru saja terjadi kemarin (sebut saja Deski*), pengawas langsung saja meninggalkan ruangan dengan wajah tanpa dosa ketika beberapa mahasiswa masih mengerjakan soal (juga dengan wajah tanpa dosa) di saat waktu telah habis. Entah siapa yang salah di kasus ini, yang jelas selalu saja ada hal menarik yang bisa diceritakan dari orang-orang yang terlibat pekerjaan ini.
Sensasi Keempat: Inspeksi
Ini hal yang paling tidak saya sukai ketika mengerjakan ujian. Tiba-tiba ada orang yang masuk ke dalam ruang ujian tanpa permisi dan mengecek kelengkapan dan ketertiban tiap mahasiswa. Yang paling sering tentunya adalah rambut, karena saya juga beberapa kali terjaring dengan kasus yang sama. Bahkan ada pula teman saya (sebut saja Ajo*) yang terkena kasus yang sama 2 hari berturut-turut setelah potong rambut pula. Aturannya emang agak rancu, misalnya bagian depan tidak boleh sampai alis. Ada cerita dari salah satu teman saya juga (sebut saja Topik*) yang konon tidak punya alis tapi tetap saja terkena inspeksi.
Hal yang tidak kalah penting dari persiapan ujian adalah KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) karena itu adalah salah satu syarat mengikuti ujian, dan itu yang akan diambil saat terkena inspeksi. Jangan coba2 untuk tidak membawa kartu yang satu itu, seperti kejadian teman saya lagi (sebut saja Deski* lagi) yang merasa beruntung karena selama 2 kali ujian sebelumnya tidak tertangkap tidak mempunyai KTM. Sayangnya, itu tidak berlangsung lama karena akhirnya bau busuk pun tercium juga, dan ternyata itu bukan bau kentut melainkan bau dari kemunafikan (maksude).
Terkadang ada juga cerita2 unik dari para peng-inspeksi ini, misalnya yang hanya menyuruh mahasiswanya untuk mengaku (tentunya tidak ada yang mengaku), yang sampai nunduk2 dan jongkok ngeliatin yang gak pake sabuk atau kaos kaki, yang cuma anak SMA magang dan bingung harus ngapain, sampai yang benar2 kejam tak berperasaan. Memang lebih baik menertibkan diri sendiri daripada ujian kita terganggu atau saran saya mending pura-pura tidak tahu kalu udah terlanjur tidak tertib.
Sensasi Kelima: Suasana Ujian
Menegangkan? mmhhh,, tidak juga. Terkadang kita malah terhibur dengan kedua sensasi sebelum ini. Namun, terkadang ada juga yang terlihat stress ketika tidak bisa mengerjakan ujian, ada juga yang malah sangat bersemangat mengerjakan hingga menghabiskan berpuluh lembar folio. Sungguh tangan yang perkasa dan sontak meruntuhkan mental ujian saya, karena tangan saya hanya kuat menulis satu halaman saja, halaman selanjutnya saya harus menyeret tangan saya sehingga tulisan saya yang semula Verdana menjadi Wingdings. Rekor tulisan saya adalah 3 lembar halaman folio (6 halaman), cukup baik untuk saya yang jarang menulis.
Untuk itu, cara yang ampuh untuk menghindari tekanan mental seperti itu adalah keluar lebih cepat. Dan rekor saya cukup baik yaitu 46 menit, karena ujiannya hanya berupa pilihan ganda. Karena kalau soal esai saya biasanya harus berhenti tiap 5 menit untuk mengistirahatkan tangan saya.
Ujian terbesar saya adalah beberapa hari yang lalu, ketika saya disuguhi soal sekitar 6-8 lembar bolak-balik dan harus mengisi 34 lembar kertas kerja pemeriksaan. Sungguh ujian yang melelahkan.
Salah satu hal yang penting tentang suasana ujian dan merupakan kritikan keras saya terhadap pihak sekre adalah ruang ujian. Tidak semua ruangan di STAN memenuhi kelayakan pakai, terutama Gedung E (gedung kuliah utk spes pajak). Bahkan Gedung J yang baru dibangun saja, pada ruang ujian saya pun AC-nya sudah rusak. Sungguh tidak nyaman bila harus ujian di tempat yang seperti itu.
Sensasi keenam: Pengumuman IP
Baru akhir-akhir ini adanya kebijakan transparansi nilai di STAN, dan baru berlaku semester depan. Sebelumnya kami hanya bisa melihat nilai IP atau IPK yang sudah jadi tanpa tahu nilai tiap mata kuliah kami.
Pengumuman IP menjadi peristiwa besar yang sangat ditunggu oleh para mahasiswa juga dosen-dosen "killer" yang mulai menghitung rekor mahasiswa yang di DO-nya. Hal tersebut semakin menegangkan karena biasanya pengumuman dilakukan beberapa minggu setelah liburan semester dimulai. Sungguh liburan yang diselimuti kecemasan. Sistem tanpa transparansi nilai juga membuat semakin cemas beberapa mahasiswa, karena sama sekali tidak ada kejelasan masalah nilai dari dosen, hanya sebagian kecil dosen yang mengabari mahasiswanya.
Saat pengumuman terkadang menjadi hal yang menggembirakan juga menyedihkan. Terkadang kita bisa lulus sementara ada beberapa teman kita yang tertiriskan. Saya juga pernah mengalaminya ketika sahabat saya - teman kuliah, teman belajar, juga teman bolos saya - harus dikeluarkan. Memang ironis, terkadang saya merasa bersalah karena terkadang saya yang mengajak bolos kuliah, meskipun sering juga sebaliknya. Saya cuma bisa mendoakan semoga mereka mendapatkan jalan yang lebih baik dari ini.
Sensasi ketujuh: Selesai
Saatnya Back to kegiatan lama: bangun tidur, kuliah (sambil tidur), tertidur setelah makan, tidur siang, ketiduran mengerjakan tugas, tidur-tiduran nonton tv, dan tidur dini hari...
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan baik bagi pihak STAN maupun mahasiswa. Saya membuat tulisan ini karena saya bangga menjadi mahasiswa STAN apapun yang orang katakan dan apapun masalah yang menimpanya.
*) Nama yang dipakai dalam tulisan ini hanyalah fiktif belaka, bila ternyata ada kesamaan nama dan peristiwa, itu bukanlah kebetulan belaka.